Senin, 25 Juni 2012

Sesditjen PAUDNI: Tak Ada Lagi Dikotomi PAUD Formal dan Nonformal

BANDUNG � Perubahan numenklatur struktur Direktorat Jenderal Pendidikan Nonformal dan Informal (Ditjen PNFI) menjadi Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal (Ditjen PAUDNI) membawa pengaruh membesarnya cakupan garapan, termasuk di dalamnya dengan bergabungnya TK (taman kanak-kanak) dalam satu payung.

�Itu berarti tidak ada lagi dikotomi PAUD formal dan PAUD informal. Jadi, sekarang ini keduanya satu payung dibawah Direktorat Pembinaan PAUD. Hal ini perlu disosialisasikan kepada masyarakat sehingga di lapangan semuanya paham. Ini menjadi tugas kita bersama termasuk organisasi mitra Ditjen PAUDNI,� tegas Sekretaris Ditjen PAUDNI, Gutama saat membuka Rakor PAUDNI dengan Mitra Ditjen PAUDNI di Bandung, Senin (25/7).

Dalam kesempatan itu, dia meminta organisasi mitra yang terdiri atas tim penggerak PKK, Kowani, GOPTKI, Aisyiah, Muslimat NU, Himpaudi, Badan Koordinasi Organisasi Wanita, IGTKI, Himpunan Penyelenggara Kursus dan Pelatihan Indonesia dan unsur dinas pendidikan, yang diwakili Kabid Pendidikan Nonformal dan Informal, turut mensosialisasikan perubahan numenklatur tersebut sehingga tidak ada kasalahpahaman di masyarakat.

Menurut Gutama, kebijakan dan program Ditjen PAUDNI sebagus apapun tanpa bantuan organisasi mitra tidak akan berarti apa-apa, tidak akan berjalan sesuai harapan bila tidak dibantu masyarakat atau stake holdernya.

�Karena itu, kami berharap tim penggerak PKK, Kowani, GOPTKI, Aisyiah, Muslimat NU, Himpaudi, Badan Koordinasi Organisasi Wanita, IGTKI, Himpunan Penyelenggara Kursus dan Pelatihan Indonesia dan instansi atau lembaga lain yang selama ini telah bekerjasama dengan Ditjen PAUDNI, tetap konsisten membantu mengimplementasikan program-program PAUDNI. Sebab, organisasi mitra Ditjen PAUDNI ujung tombak di lapangan,� tandasnya.

Sesditjen PAUDNI mengemukakan, seiring dengan bergabungnya TK PAUD ke depan PAUD lebih dikembang lagi. Jadi, di lapangan masyarakat yang memiliki PAUD kalau bisa mengembangkan TK. Begitu juga sebaliknya, bagi masyarakat yang sudah mendirikan TK dikembangkan lagi dengan menyelenggarakan Kelompok Bermain (KB), TPA (Taman Penitipan Anak) dan Satuan PAUD Sejenis yang jumlahnya sangat beragam.

�Pemerintah menargetkan angka partisipasi kasar (APK) PAUD pada 2015 mendatang diharapkan mencapai 75 persen. Target atau sasaran tersebut dapat tercapai bila ada dukungan dari masyarakat, yaitu organisasi mitra dan dinas pendidikan setempat. Apalagi, pemerintah juga menargetkan tepat 100 tahun Indonesia merdeka pada 2045, PAUD ini menjadi potensi. Sebab, anak PAUD sekarang pada tahun tersebut akan menjadi generasi di masa depan, generasi yang andal,� tegasnya.

Karena itu, tambah Sesditjen PAUDNI, Gutama, pemerintah saat ini memberikan berbagai terobosan tidak saja peserta didik yang menjadi garapan, tapi juga orangtua yang memiliki anak PAUD. �Kita bidik dengan program parenting. Jadi, orangtua anak PAUD juga kita didik bagaimana mendidik anak yang benar,� paparnya.

Jadi, ujarnya, orangtua khususnya kaum ibu bukan saja pendidik pertama, tapi juga pendidik utama dalam keluarga. Karena itu, peran ibu sangat besar dan menentukan generasi kita di masa mendatang. Peran ibu juga sangat penting dan berat mengingat saat ini tantangan di lingkungan keluarga begitu banyak. Mulai dari siaran televisi, buku cabul, CD porno dan situs yang tidak bertanggungjawab. Untuk itu, ibu jangan sampai kecolongan.

Kepala Bagian Perencanaan dan Penganggaran Sesditjen PAUDNI, I Gde Panca mengemukakan, secara umum pencapaian target nasional program di lingkungan Ditjen PAUDNI menunjukan kemajuan yang cukup baik.

�Hal itu dapat dilihat dari indikasi menurunnya angka buta aksara bagi penduduk berusia di atas 15 tahun, tertampungnya lulusan program kecakapan hidup di dunia kerja, meningkatnya jumlah tenaga pendidik PAUDNI yang berkualifikasi pendidikan, meningkatnya kepedulian gender dalam lingkungan pendidikan,� ujarnya.(mulia)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar